Mentari mulai menampakkan
wajahnya di ufuk Timur.
Sang Surya yang banyak dinantikan penduduk Bumi akan sinar dan kehangatannya
tersenyum cerah. Sambutan hangat dilemparkan oleh setiap makhluk yang
melihatnya.
Akan tetapi, ketika berganti waktu, sang Mentari termenenung. Ia akan pergi sebentar ke peraduannya. Ia
khawatir, penduduk Bumi justru lebih senang saat ia tenggelam di ufuk Barat dan digantikan oleh kedatangan Bulan dan Bintang.
"Aku cemburu pada Bulan
dan Bintang. Mereka pasti sangat dikagumi keindahannya oleh mereka. Sedangkan
aku? Aku hanya bisa bersinar saja. Tapi karena pancaran cahayaku, tidak semua
mata bisa melihat perjuanganku." Ucap Mentari dalam hatinya. Ia pun
tenggelam dan beristirahat sejenak.
Selepas tenggelamnya Sang
Surya yang gagah perkasa. Kini, waktunya Bulan dan Bintang mengambil tugasnya.
Menyinari malam dan mengindahkan langit raya.
"Bulan, alangkah beruntungnya Matahari. Hadir di saat penduduk Bumi
beraktifitas. Semua makhluk bisa melihat keberadaan dirinya, pancaran sinarnya
dan kehangatannya. Sedangkan kita? Siapa yang menyambut kedatangan kita di saat semua orang beristirahat di tempatnya
sendiri?" Curhat sang
Bintang.
"Wahai Bintang,
ketahuilah kita tidak perlu cemburu padanya. Kenapa? Karena justru dia cemburu
kepada kita berdua. Sudahlah.. Jalankan tugasmu dengan baik.. Teruslah bersinar
tanpa merasa jenuh. Sebab parasmu dan kemilaumu dari bawah sangat
mengagumkan."
Mendengarnya Langit tersenyum.
Dalam diam ia berujar,
"Wahai Matahari, Bulan dan Bintang. Seandainya kalian tahu satu hal,
tidaklah kalian dihadirkan
untuk saling melengkapi satu sama lain. Kalian saling menutupi dan
menjaga. Kalian saling terikat walau kerap tidak bertemu. Namun, peran dan
hadirnya kalian sungguh berarti untuk mereka, para penghuni dunia."
"Kala Pagi hingga Petang,
Matahari terus memberikan yang terbaik dalam perannya. Begitupun kala Malam, kalian menghadirkan semburat
cahaya yang membuat indah
cakrawala."
"Peran Matahari sangat
berarti. Peran kalian pun sungguh berharga. Tidak lantas kalian saling melempar
cemburu dan saling menuding bahwa yang lainlah yang paling beruntung. Kalian
sama meski tidak serupa. Kalian sama-sama benda angkasa, meski dengan peran dan
jadwal yang berbeda. Tapi tugas kalian seri yaitu memainkan peran tanpa harus
melihat peran yang lainnya."
Pernahkan merasakan hal yang sama? Berada di
posisi antara Matahari atau Bulan dan Bintang?
Merasa bahwa yang lain lebih baik. Lebih beruntung dari segala hal. Lebih bahagia dari berbagai sudut.
Sedangkan diri? Merasa seperti itu saja. Seakan
tak berarti.
Stop, berhenti membunuh kapasitas diri secara
perlahan. Tidak ada lagi yang paling menyakitkan di dunia ini jika kamu kehilangan
rasa percaya terhadap diri sendiri!
Omong kosong. Bagaimana orang lain akan percaya
kepadamu, jika kamu sendiri tidak pernah percaya terhadap kemampuanmu?
Mengapa kamu harus fokus kepada kelemahan,
padahal telah Allah berikan kelebihan dan banyak kemampuan?
Sejatinya kekalahan terbesar dalam hidup adalah
saat diri fokus pada kelemahan, tapi lupa mengoptimalkan kelebihan.
Berhenti MEMBANDINGKAN, dan mulailah MENGAMBIL
PERAN.
Rumput tetangga memang hijau, tapi mana tahu
itu rumput sintetis?
Kenapa harus menengok kebun tetangga, jika
kebun sendiri pun bisa dihijaukan?
Analogi kebajikan dalam hidup adalah mengambil
dan mengoptimalkan peran sendiri untuk terus melakukan yang terbaik.
Orang tidak akan mengenalmu sebagai siapa,
tapi mereka akan mengenal dari apa peranmu untuk kehidupan ini.
Namamu boleh bagus, tapi tidak pernah mengambil
peran. Lantas siapa juga yang mengenalnya?
Tapi, ada yang namanya sangat sederhana. Hanya terdiri
dari tiga suku kata. Namun karena perannya untuk sesama, maka sosoknya akan dikenal bahkan diperbincangkan seluruh
semesta.
Perbuatan terpuji di dunia ini melimpah ruah. Tinggal
kamu pilih melakukannya dengan peran apa dan bagaimana. Sebab, setiap orang itu
memiliki karakter yang unik dan akan istimewa dengan perannya yang dibawa.
Sudah ya, jangan lagi membandingkan dirimu dan
peranmu dengan orang lain. Semua jelas berbeda. Kamu langit dan dia bumi. Berbeda
tapi bersatu dengan tujuan yang sama. Kalian berbeda peran dan kemampuan tapi
kalian memiliki tujuan yang sama yaitu berlomba mengejar kebaikan. Semua akan bergerak sesuai kadar kemampuannya dan mampukanlah dengan jalanmu.
Berhentilah berpikir untuk menjadi sepertinya,
jika menjadi diri sendiripun kamu akan jauh lebih bermanfaat untuk sesama.
Ketenangan dan kebahagiaan tidak bisa dibeli. Namun
kedua hal itu bisa kamu ciptakan sendiri dengan memilih jalan yang sesuai
dengan hati, firman Illahi dan juga sabda Nabi.
Yang tenang. Yang bahagia. Jangan sampai kadar cemasmu membuatmu lupa
bahwa disepersekian menit dan detiknya hidupmu adalah anugerah terindah
dariNya.
Belajarlah menghargai diri sendiri, sebelum
berpikir untuk menghargai orang lain. Sesekali ego itu penting, agar tidak ada
pemikiran layaknya pikiran seorang pecundang.
Ganti “Sungguh beruntung dia…” dengan “Alangkah
beruntungnya dan bahagianya hidupku. Dengan keberuntungan dan kebahagiaan yang
aku miliki, semoga aku bisa terus berperan untuk berbuat baik dengan cara
yang aku mampu..”
Jadi, Mainkan Peran atau Berhenti Membandingkan!
0 comments