Salah satu cara untuk menikmati hidup adalah dengan memberikan kesempatan diri untuk berlibur dan beristirahat sejenak dari rutinitas yang padat.
Quote di atas pastinya mewakili perasaan kamu yang lagi cari-cari alasan untuk bisa berlibur. Hehehe. Btw, itu salah satu alasan saya ketika Oktober tahun lalu akhirnya memutuskan untuk berlibur ke luar kota.
Sebenarnya, sudah sejak lama saya memiliki keinginan untuk liburan ke luar kota. Tapi karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung, membuat perencanaan itu tertunda beberapa kali. Sampailah tiba pada Oktober awal, atas izinNya dan izin Ayah akhirnya saya memutuskan untuk berlibur ke Purwokerto, ibu kota dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Kisah pun dimulai...
Rabu, 03 Oktober 2018
Gagal Move on dari Perjalanan Selama di Kereta
Itulah kali pertama saya mengadakan perjalanan sendirian dengan menggunakan transportasi kereta api jarak jauh. Haluan dari stasiun Pasar Senen menuju stasiun Purwokerto seakan menjadi cerita yang tidak pernah terlupakan sampai saat ini. Saking bersemangatnya jalan-jalan, sampai lupa betapa beratnya tas ransel dan tas jinjing yang harus dibawa. Setiap sudut stasiun dan pemandangan sekitar seakan menjadi sebuah tayangan yang masih lekat dalam ingatan. Padat dan penuh dengan calon penumpang serta para pegawai stasiun seakan menjadi pemandangan yang unik lagi menarik.
Nyatanya, perjalanan ala solo traveler kala itu mengandung banyak cerita lucu. Mulai dari salah cetak tiket karena seharusnya cetak Boarding Pass di Stasiun Pasar Senen, tapi malah uji coba dulu di Stasiun Bekasi. Salah kira jasa porter dan membiarkannya menunggu bayaran. Sampai meminum obat anti mabok karena khawatir nanti mabok di perjalanan. Hiks, kan ngga lucu kalau mabok perjalanan saat lagi travelling sendirian.
Pukul 11.20 WIB kereta Bengawan mulai berjalan. Seorang ibu paruh baya bersama cucunya duduk di hadapan saya saat itu. Sedangkan di sisi sebelah kanan saya adalah dua orang kakek yang merantau di Ibukota dan ingin pulang ke kampung halaman. Disitu saya mulai berpikir untuk menjaga jarak dan menghindari pembicaan yang tidak perlu karena kita tidak boleh mudah percaya dengan orang yang baru kita kenal.
Namun, kesendirian dalam perjalanan justru membuat hati saya meronta-ronta. Saya tidak ingin melewatkan perjalanan singkat ini dihabiskan hanya dengan berdiam atau memenjamkan mata saja. Akhirnya terjadilah perbincangan yang cukup hangat antara kami sesama penumpang. Masing-masing berbagi cerita hendak kemana dan untuk apa. Dari perjalanan, saya mendapatkan banyak kejutan dan dari mereka saya mendapatkan banyak hikmah tentang kehidupan.
Tidak hanya cerita-cerita yang menyentuh hati. Ada juga cerita unik lainnya. Maklum karena ini pengalaman pertama menggunakan jasa KAI jarak jauh, semua hal terasa unik dan mengesankan bagi saya.
Selain terkesan karena transportasi dan pelayanannya yang ramah, menurut saya fasilitas dan sarana yang disediakan oleh KAI pun cukup memanjakan perut dan mata para penumpang. Karena ada crew dari pihak kereta api yang menawarkan minuman panas dan dingin, makanan berat seperti nasi ayam dan nasi goreng, bakso hingga ada makanan ringan. Harganya pun relatif, mulai dari Rp 10.000,- sampai Rp 30.000,- . Bukan hanya makanan, ada juga sewa bantal agar posisi duduk lebih nyaman sehingga pelanggannya bisa menikmati perjalanan dengan tenang.
Oya, saking asiknya menikmati perjalanan, tak terasa pukul 14.40 WIB kereta sudah sampai di stasiun Prujakan, Cirebon. Masih tersisa beberapa jam bagi saya untuk menikmati pemandangan dari balik jendela kereta untuk sampai di Purwokerto. Tidak bosan-bosan saya berdecak kagum melihat panorama alam yang Allah Ta’ala anugerahkan. Gunung, bukit, sungai serta sawah-sawah yang membentang hijau seakan menjadi obat mata paling alami.
Setelah penantian yang cukup lama, Alhamdulillah pukul 16.55 WIB, saya tiba di stasiun Purwokerto. Dengan hati riang segera saya hubungi seseorang yang akan menemani beberapa hari kedepan. Riangnya hati bukan karena berlibur saja, tapi yang dinanti adalah sebentar lagi saya akan segera berjumpa dengan sahabat semasa SD yang nyaris sepuluh tahun tidak pernah bertemu. Bisa kebayangkan, bagaimana senang dan harunya saya saat itu?
Kamis, 04 Oktober 2018.
Semalaman suntuk kami berbagi cerita. Tidak ada habis-habisnya bernostalgia. Bukan lagi bertanya kabar masing-masing, kami juga menceritakan banyak hal yang telah terjadi selama 10 tahun terakhir. Meski jarak dan waktu pernah menjadi sekat, namun semuanya pecah dengan tawa dan cerita yang saling diberikan.
Oya, sahabat saya yang menemani liburan di Purwokerto ini bernama Afifah. Perempuan supel, ramah, cerdas dan humoris ini bukan hanya teman, tapi juga seperti bayangan. Karena beberapa kesamaan dalam beberapa hal membuat kami terasa dekat. Apalagi selera humornya yang tinggi, membuat saya merasa rindu sekali saat bersamanya. Hahaha.
Gagal Move On dari Taman Balai Kemambang
Gambar 4: Area di dalam Balai Kemambang, toilet dan jembatan menuju balai |
Sebagai orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke taman cantik dan eksotis ini, ngga tanggung-tanggung saya kelilingi tiap penjurunya bersama Afifah. Tatanannya yang rapi, lokasinya yang strategis bahkan sarana dan fasilitasnya yang bagus membuat diri ini terasa betah berlama-lama di sana. Apalagi anak Milenial pasti betah deh lama-lama di taman ini. Tahu kenapa? Karena ada WIFI nya shayyy… hehehe.
Setelah asik kesana kemari dan mencoba berbagai permainan. Kami pun akhirnya melanjutkan jalan pagi.
Perlahan kami mulai berlanjut dari jalan Karang Kobar menuju jalan Dr. Angka melewati Hotel Java Heritage. Kemudian sampai perempatan lampu merah hotel ASTON masuk ke jalan HR. Bunyamin untuk membeli serabi. Hehehe. Jajan terusss...
Lalu dari jalan HR. Bunyamin, kami menuju jalan Ringin Tirto dan mampir untuk membeli tempe mendoan dan gorengan. Jajan lagiii.... Hehe.
Gambar 8: Serabi di jalan HR. Bunyamin, Purwokerto |
Lalu dari jalan HR. Bunyamin, kami menuju jalan Ringin Tirto dan mampir untuk membeli tempe mendoan dan gorengan. Jajan lagiii.... Hehe.
Oya, bicara tentang tempe mendoan, kalian pasti tahu dong rasanya? Selain gurih dan lembut, ternyata tempe mendoan ini salah satu kuliner yang berasal dari Banyumas, lho! Dan karena cicip mendoan di sana, sampai sekarang saya jadi suka tempe mendoan. Hehehe.
Next, ngetrip selanjutnya....
Gagal Move On dari Taman Wisata Baturraden
Pukul 10.00 WIB, duo hijab pun memulai travelling. Karena lokasi wisata yang terdekat dan paling terkenal adalah tempat wisata Baturraden. Kami pun memutuskan untuk berwisata ke sana. Tidak memakan waktu cukup lama, sekitar pukul 10.30 WIB kami sudah sampai di tujuan. Karena itu adalah hari biasa, maka harga tiket masuk Rp 14.000,-/orang. Meskipun tidak sepadat akhir pekan, namun hari itu cukup banyak pengunjung yang bertandang.
Gambar 9: Loket untuk membeli tiket masuk ke Baturraden |
Gambar 10: Pemandangan, air mancur dan tugu di Baturraden |
Gambar 11: Pemandangan dan kolam di area Baturraden |
Gambar 12: Jembatan Baturraden Indah |
Oya bicara tentang Baturraden, kalian tahu ngga sih kisah Baturaden? Kenapa dinamakan Baturraden?
Dari buku yang terdapat di Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas dengan judul "Mengenal Objek dan Wisata Kabupaten Banyumas" menceritakan ada berbagai versi asal mulanya nama Baturraden. Ada yang mengatakan legenda dari Kadipaten Kutaliman, yang dahulu terletak kurang lebih 10 Km sebelah barat tempat wisata Baturraden. Jadi salah satu putri Adipati ada yang menaruh hati dengan seorang gamel. Karena murka Sang Adipati pun mengusir keduanya dari Kadipaten.
Dalam pengembaraan, sang putri melahirkan seorang anak di tepi sungai, nah sungai itulah kemudian dinamakan Kaliputra, posisinya terletak 3 Km sebelah utara Kutaliman. Akhirnya dalam pengembaraannya, mereka menemukan tempat yang indah di lereng gunung Slamet. Karena lereng gunung Slamet yang menawarkan pesona keindahan, mereka pun membuat pedepokan yang akhirnya diberi nama Batur Raden, perpaduan antara Batur alias gamel dan Raden alias sang Puteri yang masih berdarah bangsawan keluarga Adipati. Itulah versi yang menjadikan tempat tersebut diberi nama BATURRADEN.
Gambar 13: Pancuran Pitu di Baturraden |
Kalau saya sih yang penting fotonya. Selain untuk dokumentasi dan kenang-kenangan, berguna juga buat isi konten di blog. Hehehe.
Next, ngetrip selanjutnya....
Gagal Move On dari Small World
Sekitar pukul 12.40 WIB kami lanjutkan perjalanan menuju tempat wisata kedua yaitu Small World. Dengan harga tiket Rp. 20.000 /orang di weekday kami pun memasuki area Small World. Nah, sesuai dengan namanya, Small World ini merupakan tempat wisata yang menyajikan miniatur bangunan dari ikon setiap negara dan beberapa daerah di Indonesia.
Gambar 14: Miniatur Menara Kembar Petronas dari Malaysia di Small World |
Gambar 15: Miniatur Monumen Selamat Datang Bundaran HI di Indonesia |
Gambar 16: Salah Satu Rumah Adat di Kalimantan |
Menurut saya, Small World ini bisa menjadi tempat rekreasi bagi keluarga untuk mengajak buah hatinya berlibur sekaligus memberikan edukasi tentang ikon dari suatu negara atau daerah yang ada di Indonesia. Selain itu di setiap miniatur terdapat informasi dalam bentuk papan tulisan yang berisi seputar negara tersebut.
Menariknya, tempat ini tidak hanya luas, namun juga sangat bagus konsep dan tatanannya. Terlihat juga taman-tamannya terjaga rapi. Cocok lah untuk belajar, bermain sekaligus berfoto ria di sini. Hehehe. Kurang lebih 2-3 jam waktu yang kami habiskan untuk bermain dan melihat-lihat miniatur dan wahana di Small World.
Di dalam Small World terdapat Small Garden juga, lho! Kiddos pasti suka deh. Selain itu banyak spot-spot foto yang menarik untuk dicoba.
Gambar 17: Miniatur Ikon dari Beberapa Negara di Dunia |
Di dalam Small World terdapat Small Garden juga, lho! Kiddos pasti suka deh. Selain itu banyak spot-spot foto yang menarik untuk dicoba.
Gambar 18: Area Small Garden di Small World |
Gagal Move On dari Soto H. Loso
Selepas Ashar, sekitar pukul 15.30 WIB kami pun mampir ke sebuah tempat makan yang cukup tekenal yaitu Soto Jalan Bank (H. Loso) di jalan RA Wiryaatmajaya No. 15. Pesayangan, Kedungwuluh, Purwokerto Barat. Selain karena rasanya yang memang khas dan gurih, rupanya tempat makan ini cukup terkenal karena sudah berdiri sejak zaman dulu. Tak heran bila banyak tokoh masyarakat hingga selebriti tanah air yang banyak bertandang kewarung makan soto ayam H. Loso ini.
Main boleh jauh. Tapi ibadah tetap number one dong? Sepakat ya? Hehehe. Akhirnya setelah puas jalan dan jajan. Kita berdua menuju masjid Baitussalam Purwokerto yang letaknya dekat alun-alun Purwokerto.
Rasanya bagaikan makan sayur tanpa garam kalau kita berkunjung ke suatu tempat tapi tidak berpijak ke alun-alunnya. Hehehe. Alhasil, untuk mengobati rasa penasaran saya dengan suasana di alun-alaun Purwokerto, akhirnya kami habiskan waktu sembari menunggu senja di sana.
Rasanya bagaikan makan sayur tanpa garam kalau kita berkunjung ke suatu tempat tapi tidak berpijak ke alun-alunnya. Hehehe. Alhasil, untuk mengobati rasa penasaran saya dengan suasana di alun-alaun Purwokerto, akhirnya kami habiskan waktu sembari menunggu senja di sana.
Gambar 20: Pemandangan Alun-Alun Purwokerto dari Rita Super Mall |
Azan maghrib berkumandang, tiba waktunya untuk menunaikan perintah sholat. Setelah maghrib, kami kembali ke alun-alun Purwokerto. Karena memang jaraknya sangat dekat dengan masjid. Ternyata alun-alun Purwokerto di malam hari cukup ramai. Mulai dari remaja, anak-anak hingga orang dewasa bermain dan bersantai-santai di sekitar alun-alun. Duh, apalagi karena ada banyak tukang jajan, makin betah aja deh orang-orang di sini. Hehehe.
Jumat, 05 Oktober 2018.
Gagal Move On dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Dearah Kabupaten Banyumas
Masih bersama Afifah, kita pun melanjutkan perjalanan di hari ketiga. Berhubung ingin menambah referensi bacaan untuk isi konten, kami pun memutuskan untuk berkunjung ke Dinas Arsip dan Perpustakaan Dearah Kabupaten Banyumas. Eh, kebetulan banget lagi ada bazar buku. Lumayan nih cuci mata dulu, siapa tahu ada buku-buku yang bisa dipinang dan dibawa pulang. Hehehe.
Gambar 23: Suasana di dalam Perpustakaan dan Beberapa Arsip Buku |
Setelah keperluan di perpustakaan selesai, cuss kita berdua pun meluncur untuk kuliner time alias jajan bakso Pekih. Jajan lagi, jajan lagi! Hehehe. Oya, bakso Pekih ini konon katanya merupakan bakso yang cukup terkenal di wilayah tersebut.
Gagal Move On dari Masjid Jenderal Besar Soedirman
Gambar 24: Masjid Jenderal Besar Soedirman, Purwokerto |
Gambar 25: Bagian Depan Masjid Jenderal Besar Soedirman, Purwokerto |
Sabtu, 06 Oktober 2018.
Oh, tidak! Waktu terasa begitu cepat sekali. Rasanya baru kemarin tiba di Purwokerto, malam ini pun saya harus siap untuk pulang kembali. Eits, berhubung keberangkatannya sekitar pukul 19.10 WIB, kami pun memanfaatkan waktu di pagi hari untuk puas-puasin travelling dan mengunjungi beberapa tempat lagi.
Gagal Move On dari Curug Jenggala
Sekitar pukul 10.00 WIB kami bertandang ke Curug Jenggala, sebuah curug yang terletak di daerah Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Cukup mengeluarkan uang Rp 5.000, setiap orang bisa masuk untuk menikmati panorama alam yang ada disekitar curug Jenggala.
Curug Jenggala ini memang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Selain karena jalannya yang tidak bisa dilalui oleh alat transportasi, jalan menuju curugnya pun memang cukup menantang. Medannya pun cukup berat lantaran harus melewati bukit, anak tangga dan jalan setapak yang entah berapa panjang kilonya. Asli, ini ngebolang (bocah petualang) banget. Sampe beberapa kali berhenti untuk istirahat sebentar. Lalu jalan lagi, berhenti lagi. Dan begitu terus siklusnya. Meski capek dan jauh bangett jalan yang harus ditempuh untuk bisa melihat curug ini, pemandangan alamnya bikin hati jatuh cinta, deh! Mendadak lupa kalau jalan yang kita tempuh cukup jauh dan menantang.
Untungnya, tempat wisata yang satu ini dikelola oleh masyarakat juga pemerintah dengan sangat baik. Sehingga areanya bersih, rapih dan terus melakukan pembaharuan agar semakin nyaman dan ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik atau mancanegara. Oya, jangan takut lapar seandainya kamu lupa untuk membawa bekal, karena ada beberapa warung makan dan minum di beberapa titik area. Ada tempe mendoan juga, lho! Hehehe.
Spot fotonya juga bagus-bagus deh! Jangan lupa jepret dan abadikan setiap momentnya ya...
Meski begitu, semua letih dan lelah akan terbayar lunas saat kita melihat curug dan kesejukan mata air yang mengalir jernih. MasyaAllah.
Untungnya, tempat wisata yang satu ini dikelola oleh masyarakat juga pemerintah dengan sangat baik. Sehingga areanya bersih, rapih dan terus melakukan pembaharuan agar semakin nyaman dan ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik atau mancanegara. Oya, jangan takut lapar seandainya kamu lupa untuk membawa bekal, karena ada beberapa warung makan dan minum di beberapa titik area. Ada tempe mendoan juga, lho! Hehehe.
Spot fotonya juga bagus-bagus deh! Jangan lupa jepret dan abadikan setiap momentnya ya...
Gambar 29: Afifah dan Pemandangan dari atas bukit menuju Curug Jenggala |
Gambar 30: Curug Jenggala yang Indah |
Gambar 31: Bukan foto prewedding gais. Hehehe |
Malamnya selepas isya, kurang lebih pukul 19.20 WIB kereta tiba di stasiun Purwokerto. Selama di perjalanan pulang menuju Bekasi, saya masih terbayang betapa seru dan menyenangkannya liburan kali ini. Selain tempatnya yang sangat indah, suasananya kok bisa bikin nyaman gitu ya? Hehehe.
Dalam hati berujar, semoga lain waktu dan kesempatan bisa kembali berkunjung ke Purwokerto untuk berlibur. Tapi tidak berangkat sendiri. Setidaknya harus ajak keluarga untuk menikmati liburan di luar kota bersama.
Seandainya saya mendapat voucher 70% dari OYO Hotels Indonesia, yang ingin saya lakukan adalah mengajak liburan keluarga ke Purwokerto atau ke luar kota yang mereka inginkan.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, ngetrip ala solo traveler ke luar kota itu memang menyenangkan. Namun berlibur bersama keluarga pastinya akan jauh lebih membahagiakan dan lebih tenang. Makanya sejak saat itu dan hingga saat ini saya berharap bisa berlibur ke luar kota bersama keluarga untuk beberapa hari.
Tentunya pengalaman liburan saat sendiri dan bersama keluarga pasti akan jauh berbeda. Banyak hal yang perlu disiapkan. Mulai dari transportasi, tempat menginap, ongkos dan segala perintilannya harus disiapkan dengan matang. Apalagi jika liburannya ke luar kota, itu sih jelas pasti butuh tempat menginap. Untungnya sekarang ini mau liburan kemana aja di seluruh Indonesia sudah ada OYO Hotels Indonesia. Sehingga ngga perlu repot dan pusing sendirian untuk cari tempat penginapan.
Seandainya akhir tahun ini atau tahun depan saya berkesempatan untuk berkunjung lagi ke Purwokerto, pastinya saya akan mencari hotel di Purwokerto agar kami sekeluarga bisa nyaman dan enak untuk menikmati liburan selama di sana. Tidak hanya berlibur, saya juga ingin mengajak keluarga untuk mengunjungi Afifah dan keluarganya.
Buat teman-teman yang udah punya rencana untuk liburan akhir tahun ini atau tahun depan, bisa banget nih pilih hotel atau tempat penginapan lewat OYO Hotels Indonesia.
Berikut beberapa langkah untuk mencari dan memesan hotel di OYO Hotels Indonesia dengan mudah, yaitu:
Gambar 33: Langkah Memesan Hotel di Aplikasi OYO Hotels Indonesia |
Ngga nyangka juga sih kalau travelling dadakan itu berujung jadi liburan paling menyenangkan di tahun 2018. Pokoknya bikin susah move on deh!
Semoga yaa bulan ini atau tahun depan, keinginan saya bisa untuk berlibur bersama keluarga ditemani OYO hotels Indonesia segera terwujud. Buat teman-teman juga coba deh booking hotel di OYO Hotels Indonesia supaya liburanmu semakin menyenangkan. Eits, biar ngga kesepian jangan lupa ajak keluarga, sahabat atau pasanganmu ya!
0 comments