Assalamualaikum,
Apa kabarmu di sana?
Maaf tak pernah berkirim surat. Aku tak pernah memiliki nyali kuat, sama sepertimu. Hanya diam, sampai entah kapan kediaman ini bermuara atau tenggelam oleh waktu.
Meski begitu, tak usah kau khawatir. Diamku bukan atas ketidak pedulianku, itu hanya simbol caraku mengiba pada Yang Maha Esa, demi mengharapkan kebaikan untuk dunia dan akhiratmu.
Ini adalah surat pertama. Bukankah seharusnya ini rahasia kita saja? Tapi tidak. Aku merasa surat ini terlalu istimewa sampai akhirnya kuputuskan agar puluhan atau bahkan ratusan pasang mata bebas untuk membacanya. Agar bukan hanya kita dan Tuhan yang tahu, tapi juga ada jiwa-jiwa lain yang ikut merasakannya.
Sejak dulu, ingin kutulis surat ini. Namun apalah daya, saat jari jemari sudah siap, tapi hati belum juga sigap. Aku harus bagaimana? Jika antara hati dan pikiran selalu berseteru.
Aku ingin menuliskan sesuatu, tapi aku bingung harus memulainya dari mana? Atau kah sebenarnya, ini hanya alasanku saja kepada mereka, yang diam-diam membaca suratku?
"Aku rindu". Sudah hanya itu.
Ya, surat ini akan sangat singkat. Karena isinya hanya tentang kerinduan.
Saat mengejanya, jari jemariku begitu lancar mengetiknya, tapi dadaku begitu sesak. Air mataku nyaris tumpah. Sungguh tak kuat aku membendungnya. Bertahun-tahun, aku belajar untuk menjadi gadis yang kuat, seperti harapmu dan selayaknya dirimu, yang selalu menjadi inspirasiku.
Sebentar, aku butuh beberapa detik untuk menghapus "hujan" di pipi. Kerongkonganku pun terasa menyempit. Sesakit ini rupanya, merindukan sosok yang kita cintai, namun raganya sudah berbeda alam?
Maaf, aku tak sehebat yang kau kira. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi apa yang kau pinta.
Semoga Tuhan memaklumiku, yang sedang belajar kuat, sama seperti dirimu, di kala kau masih diberi nafas dan kekuatan hidup.
Aku tak malu, walau kini puluhan pasang mata membacanya. Bukan karena aku tidak mencintaimu. Tapi karena aku sungguh menyayangimu. Kubiarkan mereka membaca surat ini, agar mereka selalu menghargai siapapun yang berada dalam hidupnya. Agar tak ada penyesalan nantinya.
Siapapun Anda yang membaca surat ini. Sayangilah, hargailah, hormatilah dan cintailah orang-orang yang berada di sekeliling Anda. Waktu tidak akan bisa kembali. Penyesalan tak akan merubah siklus waktu, agar bisa mengembalikan yang telah lalu. Sayangilah siapapun, sayangilah mereka yang masih ada.
Karena hidup hanya punya dua kemungkinan, ditinggalkan atau meninggalkan.
Maka hargailah waktu yang Anda punya. Karena semua itu tak akan kembali, walau harus ditukar tahta dan harta. Selagi Tuhan masih berikan Anda waktu, bahagiakanlah orang-orang yang berada di sisi Anda saat ini. Sebelum, Tuhan yang memintanya.
Ini surat untukmu, kuharap kau membacanya di sebuah tempat terbaik yang tak terjamah oleh tangan, yang tak terlihat oleh mata.
Surat ini kututup ya. Baik-baik di sana.
Meski surat akan usai, doa ini tak akan pernah usai.
Kutitipkan pada Yang Maha Mencinta.
Wassalamualaikum,
Dariku,
Yang tak pernah lelah mencintai dan mendokanmu, mi.
0 comments