Belajar dari Waktu

Namanya audisi waktu, kondisi dimana kita sebagai manusia selalu bertanding dengan detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun.

Namanya audisi waktu, kita tak bisa mengulang apa yang telah lalu atau pun mempercepat apa yang akan terjadi di waktu nanti.

Namanya audisi waktu, sesuai dengan namanya audisi yang erat dengan uji atau seperti ajang tes. Dan, ini berkaitan dengan uji waktu.

Karena tahu waktu ada audisinya, maka perlulah kita belajar tentang waktu.

Waktu bukan hanya berbicara tentang urusan dunia, tapi juga urusan akhirat.

Anggaplah audisi waktu itu seperti umur, kita tidak tahu sampai mana jatah umur kita berujung.

Yang kita tahu, waktu hanya sekedar waktu. Padahal, kesempatan waktu dan audisinya adalah hal paling rentan yang bisa membawa pada kebahagiaan atau kesengsaraan di akhir nanti.

Waktu yang telah kita lalui di dunia ini, akan sangat berarti. Seperdetiknya, sepermenitnya, semua akan dimintai pertanggung jawaban.

Contohnya saja waktu shalat kita selama hidup.

Kita ini, sosok yang berlumur dosa, telah mengetahui bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara. Hadirnya kita, terciptanya kita untuk bekal beribadah kepada Allah Ta’ala. Ya, hanya beribadah kepada Dia. Tiada selainNya.

Namun, pernahkah kita berpikir dan memperhitungkan berapa lama waktu yang telah kita gunakan untuk beribadah?
Berapa lama waktu yang kita nikmati untuk ruku dan sujud di hamparan sajadah?
Berapa lama waktu kita bersimpuh memuji keagungannya dalam shalat?

Sedangkah, SHALAT lah yang pertama akan dihisab dan diperhitungkan oleh Allah?

Jika diperhitungkan, sehari ada lima waktu shalat yang wajib kita kerjakan dalam satu hari.
Jika dalam satu kali shalat, kita pergunakan lima menit. Maka 5 waktu shalat x 5 menit = 25.
Artinya, 25 menit waktu yang kita gunakan khusus untuk shalat.

Jika dalam 1 bulan ada 30 hari dan 25 menit rata-rata perhari, maka waktu ibadah yang kamu gunakan dalam 1 bulan berkisar 750 menit.

Jika dalam 1 tahun, maka 750 menit x 12 bulan= 9000 menit atau 150 jam waktu yang kita miliki. Jika hari ini usiamu misalnya 20 tahun.  Maka 150 jam x 20 = 3000 jam.

Maka dengan 3000 jam yang kita miliki, ada 4 bulan dan beberapa hari waktu yang kita miliki hanya untuk ibadah, hanya untuk shalat.

Sedangkan, umur 20 tahun? Waktu untuk shalat hanya 5 bulan kurang, lalu dipergunakan untuk apa 19 tahun 7 bulan yang berlalu?

Astagfirullah, sedangkan masih banyak sisa waktu yang kita miliki, yang notabennya justru kita pergunakan untuk urusan dunia saja.

Syukur-syukur kalau urusannya untuk berbuat kebaikan? Untuk menolong orang, untuk beramal saleh, untuk berbakti kepada orang tua, untuk berbagi kebaikan pada sesama.

Lha, kalau sebaliknya, bagaimana?

Sudah shalatnya terburu-buru, kebablasan, kelupaan. Eh, ditambah dengan banyak menyakiti hati sesama muslim, merusak hubungan persaudaraan, berdusta, khianat, dsb.

Ah, betapa berlumurnya dosa.

Astagfirullahal adzim.
Igfirlana Ya Rabbana

Pantaslah jika manusia berada dalam golongan yang merugi, seperti yang tertulis dalam Qs. Al - Asr.

Artinya: “Demi masa (1). Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (2). Kecuali orang yang beriman dan orang yang mengerjakan amal saleh dan saleng menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran (3). (QS. Al- Asr: 1-3)

Dengan waktu dan kesempatan yang masih Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan hingga kini, maka marilah kita perbaiki apa yang perlu diperbaiki. Marilah tingkatkan apa yang perlu ditingkatkan.

Selagi, pintu taubat masih terbuka lebar, marilah kita bertaubat.

Selagi, pintu maaf masih terbentang, marilah kita meminta maaf.

Resolusi, 2019 ini, mohon doakan agar saya bisa berbagi kebaikan lewat tulisan di blog ini.

Saya amat sangat menyadari, semua yang kita kerjakan akan dimintai pertanggung jawabanNya. Sekecil apapun itu.

Maka, jika beberapa waktu belakang ada kesalahan, kekhilafan ataupun kealpaan yang telah saya cantumkan dalam blog, mohon rekan-rekan maafkan.
Jika ada yang keliru, mohon dibenarkan.

Semoga masih adanya waktu, bisa kita gunakan dan manfaatkan untuk berbuat kebaikan. Apapun bentuknya.

Note: Tulisan ini terinspirasi dari sebuah buku berjudul "Kitab Sakti Remadja Oenggoel"




0 comments

Promo Gajian Januari 2019