Pemilihan umum sangat dinantikan
oleh para kandidat, namun juga sangat ditunggu masyarakat. Berkaitan dengan hal
itu, masyarakat Indonesia akan memberikan hak suaranya pada bulan April
mendatang. Tak hanya sekedar pilih, namun tentu atas pertimbangan dan pemikiran
yang matang. Tak jarang dalam hal ini, emosi pun ikut bercampur di dalamnya.
Bahkan terkadang saat pemilu pun
emosi dan pikiran jernih masyarakat sudah terkuras lantaran terpengaruh berita
hoax yang disebarkan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Alhasil, tak heran
bila sebagian orang memilih dengan prinsip asal. Yang penting “asal” nyoblos.
Yang penting “asal” gak golput.
Konflik dan serangan hoax yang
membabi buta datang dari arah yang terkadang sulit diduga. Bukan hanya dari
berita di layar kaca, tapi juga berita yang tersaji di dunia maya. Serangan itu
mulai dari penilaian buruk tentang profil kandidat, keluarganya, bahkan
membicarakan hal-hal yang tak terduga.
Memang ada baiknya sebagai
masyarakat milenial kita harus aktif dalam mencari informasi, namun jangan lupa
untuk menyelaraskan kevalidan berita atau info tersebut. Alih-alih mendapat
info yang nyata, justru malah mendapat info yang telah dimanipulasi. Yang benar
didustakan. Yang dusta dibenarkan. Sehingga dengan tumpang tindih benar dan
salahnya informasi yang didapat, justru merusak nilai pemilu itu sendiri dan
akan menggoyahkan pilihan yang telah digenggam hati masyarakat.
Sebegitu krusialnya, maka seperti
itulah kita harus bisa melawan segala hoax yang datang membanjiri kanal
berbagai media. Baik media cetak, elektronik hingga maya. Apalagi di dunia maya,
dimana setiap waktunya selalu saja ada berita terbaru dan terupdate sehingga
siapapun bisa menjangkaunya. Di antara social media yang saat ini sangat
digandrungi masyarakat adalah Instagram dan facebook, yang bagi siapapun mudah
untuk menjangkaunya. Dan kemudahan itulah yang akhirnya membuat setiap orang
begitu cepat memperoleh informasi sebelum dinyatakan valid atau tidaknya.
Berita-berita dengan nuansa
kebencian dan hoax secara tak sadar merasuk serta merusak otak juga pikiran
masyarakat. Apalagi kaula muda yang masih sangat rentan untuk terpengaruh dari
sana sini. Sampai tak sadar berita tersebut akhirnya membuat terpecah belah
dalam kehidupan bermasyarakat. Yang jika terus diabaikan keberadaannya maka
akan membuat ricuh kondisi politik di tengah hiruk pikuk pesiapan menuju pemilu
yang sebenarnya.
Untuk itulah diperlukan sikap
dewasa dan tenang dalam setiap keadaan. Tidak cepat emosi dan gegabah saat
mendapatkan informasi-informasi hoax dan berita dengan nilai kebencian kepada sesama,
apalagi kepada calon kandidat. Ini semua demi kebaikan bersama karena kita
berharap agar pemilu 2019 yang sukses, damai, berkualitas, dan bermartabat bisa
terealisasikan.
CARA MELAWAN HOAX DEMI TERCIPTANYA PEMILU 2019 YANG SUKSES DAN BERMARTABAT
1. Gerakan Internet Positif oleh Pemerintah
Dewasa ini menyediakan berbagai
teknologi yang terus berkembang. Tak menutup kemungkinan akses setiap orang
dalam mengirim atau menerima informasi akan sangat mudah. Kemudahan ini lah
yang harusnya tetap diawasi dan diberikan perhatian penuh oleh badan-badan
pemerintah yang membawahi dunia informasi dan teknologi. Seperti mengadakan
workshop terkait gerakan internet positif atau semisalnya. Tentunya, gerakan
ini juga berfungsi untuk mengawasi keberadaan akun fake atau palsu.
2. Tanamkan Gemar Membaca Sampai Tuntas
Menurut Kepala Perpustakaan
Nasional yaitu bapak Muh Syarif Bando mengatakan bahwa minat baca di Indonesia
berada di posisi ke 60 dari 61 negara. Hal ini jelas bukanlah sebuah
kebanggaan, tapi menjadi bentuk keprihatinan. Jika saja membaca tidak diminati,
lantas bagaimana setiap orang bisa memperoleh informasi dengan jelas dan baik.
Maka, membiasakan diri untuk gemar membaca sampai tuntas adalah salah satu langkah
kita untuk melawan hoax.
3. Budayakan Saring sebelum Sharing
Sharing atau berbagi adalah
tindakan yang baik. Namun akan sangat berbalik bila yang dibagikan adalah
berita hoax atau bohong, karena akan sangat merugikan banyak pihak. Belum lagi
jika berita yang dibagikan adalah berita yang mengandung unsur kebencian dan
sara. Tentu ini akan sangat mengundang emosi setiap yang membacanya.
Yang menjadi permasalahannya
adalah kurangnya kesadaran kita untuk selalu saring informasi sebelum sharing
rupanya masih jauh dari kata sempurna. Sering kali sikap gegabah atau
tergesa-gesa untuk klik tombol share di sosial media menjadi pemicu terluasnya
kebencian, berita bohong, dan fitnah. Nah sebelum itu terjadi lebih jauh, mari
kita budayakan saring sebelum sharing ya, Guys!
4. Mengenali Profil Capres dan Wapres Lebih Dekat
Tak bisa dipungkiri, selain
membawa pengaruh negatif, teknologi juga membawa pengaruh positif. Salah
satunya adalah semakin mudahnya memperoleh informasi seputar capres dan wapres.
Baik dari profil, kehidupan, pendidikan, sikap dan caranya bergaul kepada
masyarakatnya. Bahkan, KPU pun menggelar debat capres dan pasangannya guna
mengetahui sejauh mana kemampuan pasangan calon.
Nah, melalui penyelanggaraan
debat yang digerakkan KPU ini secara tak langsung membuat kita sebagai
masyarakat umum bisa mengenal lebih jauh tentang capres dan wapres, termasuk
visi misinya. Dengan semakin tahu informasi tersebut, maka akan sangat membantu
setiap orang untuk bisa menentukan pilihannya. Hal ini akan mendukung harapan
kita untuk terselenggaranya pemilu 2019 yang damai dan bermatabat.
5. Mulailah Mencegah Hoax dari Diri Sendiri
Alangkah baiknya jika segala
sesuatu dimulai dari diri sendiri. Termasuk cara mencegah berita bohong adalah
dimulai dari diri sendiri. Sebab, apa yang kita perbuat itulah yang akan
kembali untuk kita. Jika saja kita mampu menahan diri untuk tidak gegabah dalam
menyebarkan berita bohong, tentu itu akan berpengaruh terhadap masyarakat di
sekitar kita. Karena apapun yang kita lakukan sebenarnya akan berimbas untuk
diri sendiri.
Maka sebelum hoax menyerang dan
merusak pikiran dan hati kita, mari kita cegah hoax sejak dini. Dan mulailah
itu semua dari diri kita sendiri!
Semoga dengan peran kita dalam melawan
hoax pemilu 2019 bisa berjalan dengan damai, berkualitas, dan bermartabat.
Sehingga terwujud keberlanjutan pembangunan nasional sesuai yang kita citakan bersama.
0 comments