Buku: Tata Hati untuk Si Buah HatiPenerbit: Mandiri Jaya Bekasi
Tahun: 2020
www.famotiva.com- "Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah" begitulah bunyi pepatah. Andai dalamnya hati bisa diukur, mungkin kasih sayang ibu mampu menenggelamkan segala apa yang ada di permukaan. 24 jam kasih sayangnya tidak mengenal kata libur. Bahkan seorang ibu rela meregang nyawa demi anaknya. Maka pantaslah jika ibu memiliki derajat dan kemuliaan yang tinggi.
Judul: 1 Jiwa, 2 Cinta
Penulis: Rif'atunnisa
Sejak menginjak
usia remaja, Risa yang merupakan gadis berusia tujuh belas tahun sering
bercerita kepada sang ibu bahwa ia ingin
menjadi seorang penulis. Dia ingin menerbitkan banyak buku yang kelak
saat dibaca, pembacanya akan lebih bersemangat dan lebih menghargai setiap hal
yang terjadi dalam hidup mereka. Ya, itu menjadi bagian salah satu mimpi Risa. Gadis
yang beberapa bulan lalu baru saja lulus tingkat Aliyah (SMA) di sebuah
pesantren.
Kala itu,
perempuan paruh baya yang disebut sebagai ibunya tengah berbalut mukena putih. Selepas
sholat, dia duduk manis di atas hamparan sajadah. Dan tanpa merasa sungkan, Risa
mendekatinya hendak bercerita segala mimpi dan angannya.
“Bu, pokoknya
nanti Risa pasti bisa jadi penulis. Risa juga nanti bakal diundang untuk
mengisi bedah buku dan seminar-seminar. Risa juga ingin jadi motivator lewat
menulis buku itu.” Sambil menyentuh tangan sang ibu, Risa terus berceloteh
tentang mimpi dan segala angannya. Matanya terus mengerjap-ngerjap, berbinar
bak bintang di malam hari.
“Risa juga ingin
membuat ibu bangga. Bahkan Risa juga ingin membuat buku tentang perjuangan
hidup kita, perjuangan ibu. Supaya orang-orang yang merasakan hal sama seperti ibu
bisa terus semangat. Gimana menurut ibu?
Bagus ngga ide Risa?” Ujar Risa bertanya serius. Dahinya bahkan berkerut seakan
mewakili ide sekaligus pertanyaannya yang terlihat bukan main-main.
Yang ditanya
justru terdiam. Terlihat berpikir dengan pandangannya yang memandang jauh ke
depan. Perempuan itu hanya tersenyum. Selalu saja tersenyum dalam kondisi
apapun.
“Iya, ibu ikut
kata teteh aja. Bagus kok itu.” Jawabnya singkat.
Tiba-tiba Risa
merasa bersalah, didekatinya dan dipandanginya lebih dekat wajah dan mata sang ibu.
Ia menghela nafas dengan berat. Keduanya tiba-tiba dihinggapi kesenyapan dan
kesunyian, seakan-akan kedua pikiran itu saling bekerja keras.
Tak lama, ibu
pun berujar untuk memecah dan membelah kesunyian yang ada.
“Sebenarnya,
teteh mau jadi apapun ibu dukung. Selama itu baik dan tidak melanggar agama.
Teteh mau jadi apapun yang teteh mau, ibu dukung dari belakang. Mau apapun yang
teteh suka, juga boleh. Asalkan satu, teteh ngga pernah tinggalin sholat. Inget
Allah terus…” Nasihatnya mulai terbit.
Risa selalu
bahagia acap kali sang ibu memberikan petuah dan nasihat untuknya. Risa juga
senang setiap keinginan dan cita-citanya selalu didukung dengan baik.
Risa kembali
menyentuh tangan wanita paruh baya yang menjadi cinta pertamanya. Ia bisa
merasakan aura harapan, semangat dan rasa haru yang terpancar dari wajah dan
lisan sang ibu.
“Iya. Risa ngga
akan ninggalin sholat.” Ujarnya dengan hati penuh kesenduan.
Jarum jam terasa
berbunyi lantang, memecahkan keheningan dan kesenduan yang terjadi di antara
dua jiwa. Risa tahu, ada harapan yang tersembunyi di kedua mata, di hati juga
pikiran wanita di hadapannya. Risa mengerti, sebagai anak sulung besar harapan ibu
kepada dirinya. Apalagi semenjak semua itu terjadi.
---------------------------------------------------------------------------------------
Penasaran lanjutannya seperti apa?
Silahkan temukan jawabannya di buku "Tata Hati untuk Si Buah Hati". Kamu bisa memesan buku ini langsung ke nomor : 0813-1083-2071, 0812-1400-7545 atau langsung klik di Penerbit MJB.
0 comments