Ada tamu turun ke bumi, penduduk bumi menyebutnya sebagai Corona. Dia datang tiba-tiba dan pertama kali ditemukan di Wuhan. Meski kecil, tapi dia lincah. Gerakannya cepat, tak terjamah dan tak kasat mata. Tapi karena tingkahnya, dia bisa menghebohkan seluruh penjuru dunia.
Keadaan benar-benar darurat. Saking daruratnya, wabah ini bahkan dinobatkan sebagai pandemi global. Itu artinya, Corona bukanlah lelucon atau hal yang pantas dijadikan guyonan. Karena ini menjadi epidemi yang telah menyebar ke beberapa dunia, termasuk negeri tercinta.
Dari informasi yang disebarkan, tentu menjadi keprihatinan kita semua sebagai masyarakat Indonesia. Karena kedatangan tamu bernama Corona ini, sanggup menggoyangkan berbagai elemen kehidupan. Mulai dari kesehatan, sosialisasi hingga ekonomi yang terasa sekali imbasnya.
Dari segi kesehatan bisa dilihat dari informasi yang beredar luas tentang cepatnya virus ini menyebar. Dari satu orang ke orang yang lain, bisa cepat sekali menularkan. Namanya virus, dia bisa melayang dan terbang di udara sesuka hati. Menempel kepada siapa saja yang dia mau, tanpa pandang usia.
Sayangnya, bukan seperti flu biasa yang sekali, dua atau tiga kali minum obat bisa reda. Ini berbeda ceritanya. Jika sudah terinfeksi, tidak hanya flu dan melemahkan daya tahan tubuh saja, tapi juga membuat payah penderitanya dan pada kasus yang parah bisa berujung pada kehilangan nyawa.
Mengkhawatirkan, ya? Jelas.
Oleh sebab itu, tidak heran jika pemerintah memberikan kebijakan yang dirasa tepat. Salah satunya adalah penerapan sosial distancing dan diharuskan untuk #dirumahaja yang dipercaya sebagai solusi untuk mencegah penularan virus Corona. Sebagai bentuk ikhtiar dunia demi memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Namun dengan adanya keputusan tersebut juga melahirkan perkara baru, terutama dari sisi ekonomi. Dengan diam dirumah, artinya para pekerja informal seperti pedagang kecil, asongan, pengemudi ojek, tukang becak, dan buruh harian lainnya yang mengandalkan keramaian pun mulai merasakan imbasnya.
Inilah yang akhirnya membuat persoalan baru perlahan naik ke permukaan. Para pelaku ekonomi mikro bagaikan sekoci yang berada di tengah ombak ganas. Sekocinya terombang-ambing dan ia harus berjuang keras untuk mempertahankan agar tidak tumbang dan ditelan lautan.
Memang tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 tidak hanya menguji mereka yang terinfeksi, tapi juga menguji kehidupan anak-anak Ibu Pertiwi, termasuk pekerja informal atau buruh harian. Masalah mulai dari sepinya pembeli, kehilangan pelanggan, sulitnya mencari pendapatan, hingga menurunnya pemasukan menusuk sendi-sendi kehidupan.
Padahal kebutuhan hidup tidak mengenal kata cuti, apalagi berhenti. Karena perut yang lapar minta diisi makanan. Biaya sewa untuk tempat tinggal, cicilan dan tagihan bulanan juga terus merengek minta dilunasi.
Hendak keluar mencari nafkah, tapi berhadapan dengan resiko besar. Tidak keluar dan diam di rumah, nanti anak istri mau dikasih makan apa?
Sedangkan uang yang tersisa, tidak cukup untuk berhari-hari. Tapi berdagang seperti biasa, pelanggannya sudah tak terlihat batang hidungnya lagi.
Bingung? Tentu.
Sungguh keadaan saat ini menawarkan pilihan yang cukup pelik, terutama bagi mereka.
Maka beruntunglah bagi orang-orang yang bisa WFH dan memiliki penghasilan jelas. Beruntunglah bagi mereka yang berkecukupan, tanpa takut kekurangan. Apalagi ditimpa kelaparan. Ya, beruntunglah dan bersyukurlah.
Karena betapa banyak orang-orang di luar sana yang memiliki nasib berbeda. Seperti nasibnya para buruh harian, ojek pangkalan, ojek online, supir angkot, tukang becak, pedagang kecil dan lainnya yang mungkin beda kisahnya. Setidaknya demi mendapatkan pemasukan agar bisa membeli seliter beras atau sebungkus nasi saja, harus berusaha keras sekali di tengah pandemi ini.
Di sinilah pentingnya zakat, infaq dan sedekah sebagai jalan keluar paling indah demi memperbaiki perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Demi kemaslahatan banyak orang dan buah dari dahsyatnya kebaikan berbagi.
Ya, berbagi kepada sesama memang menjadi solusi terbaik. Baik dari takaran dunia, maupun dari takaran akhirat.
Gambar 1: Akun IG Pesekoji Berbagi |
Itulah mengapa banyak sekali orang-orang dan komunitas yang hadir untuk menebar kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya. Contohnya seperti komunitas Pesekoji Berbagi dengan taglinenya “Berbagi Nggak Harus Nunggu Kaya.”
"Apa itu Pesekoji Berbagi, kak?"
Pesekoji Berbagi itu singkatan dari Perserikatan Komputer Siji, yang berasal dari nama alumni kelas di SMK Muhammadiyah Kajen, Pekalongan. Awalnya adalah kumpulan alumni kelas jurusan Komputer di salah satu SMK di daerah Pekalongan. Namun seiring berjalannya waktu, anggota-anggota tersebut berinisiatif agar alumni kelas bisa bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan. Maka tercetuslah nama Pesekoji Berbagi yang dibentuk pada tanggal 13 Juli 2017. Hingga saat ini, Pesekoji Berbagi masih terus berkomitmen untuk terus menebar kebaikan.
Membahagiakan sesama tanpa menunggu lama dan tanpa harus menunggu kaya. Memberi apa yang dimampu demi menolong siapa saja orang-orang yang pantas dibantu. Contoh menebar kebaikan yang bisa dilakukan meski dirumah aja adalah dengan berbagi makanan gratis kepada para pengemudi ojol (ojek online), sebagaimana yang dilakukan teman-teman dari komunitas Pesekoji Berbagi.
Salah satu anggota dari komunitas ini adalah Kusaendi yang berusia 23 tahun. Ia merupakan anggota aktif di Pesekoji Berbagi yang berdomisili di Kebon Jeruk, Jakarta barat. Meskipun sibuk bekerja di salah satu perusahaan swasta, jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya turut aktif di beberapa komunitas sosial, salah satunya yaitu di Pesekoji Berbagi.
Menurut kak Kusaendi, di tengah wabah Covid-19 yang sangat meresahkan ini komunitas Pesekoji Berbagi bisa melakukan aksi memberikan makanan gratis kepada para ojek online. Sebab dalam situasi ini, ojek online merupakan salah satu profesi yang terkena dampak langsung dari Covid-19. Aksi ini dipilih lantaran adanya kebijakan untuk menerapkan sosial distancing.
Dengan program berbagi makanan ini, mereka tidak perlu mengumpulkan banyak massa, tapi tetap bisa menyalurkan donasi kepada para penerima manfaat dengan tepat. Selain itu aksi ini juga bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Sehingga setiap orang bisa beraksi secara bersama-sama dengan teman-teman dari komunitas Pesekoji Berbagi di berbagai kota, seperti Jakarta, Tangerang, Semarang, Jogjakarta, dan Pekalongan tentunya.
Teknis program berbagi ini diawali dengan mendata teman-teman relawan yang mau ikut aksi ini. Lalu, setelah dapat list relawan yang mau ikut aksi ini, nanti akan ditop up saldo oleh kak Kusaendi ke akun ojek online setiap relawan yang sudah mengisi list tadi sejumlah 100rb/relawan. Selain itu, saldo yang ada harus relawan habiskan semua untuk dibelikan makanan untuk para ojol. Dengan begitu seluruh amanah diharapkan dapat tersalurkan.
Adapun tugas relawan yang sudah ditop up saldo gopaynya adalah memesankan makanan via ojek online. Akan tetapi bukan untuk mereka, namun makanan yang dipesankan langsung diberikan kepada abang pengemudi ojek onlinenya. Kemudian si relawan akan screenshoot chat dengan Abang ojolnya. Jika ada ucapan terima kasih atau memberikan doa-doa kepada donatur berupa hasil screenshoot dijadikan sebagai bukti penyaluran donasi kepada seluruh donatur.
Harapan kak Kusaendi dan teman-teman di Pesekoji Berbagi dari kegiatan tersebut adalah agar para ojol bisa tetep menyambung hidupnya dan keluarga. Juga doa para ojol untuk para donatur dan kegiatan tersebut bisa menjadi wasilah kebaikan agar wabah covid bisa segera hilang dari muka bumi. Sehingga semua orang bisa beraktivitas kembali seperti biasa.
Alangkah bahagianya jika pandemi ini berakhir. Namun bukan berarti kebaikan berhenti begitu saja, komunitas ini akan tetap melakukan kebaikan dengan terus berbagi menyampaikan amanah donatur semampu mereka. Kak Kusaendi dan semua anggota komunitas Pesekoji Berbagi berharap terus amanah, istiqomah dan tetap selalu bisa menebar kebaikan, kapanpun dan dimanapun.
Tentang menebar kebaikan versi Pesekoji Berbagi, berikut adalah bukti nyata program kebaikan yang mereka lakukan:
Kisah 1 #MenebarKebaikan versi komunitas Pesekoji Berbagi:
Gambar 2: Kisah Pertama Menebar Kebaikan untuk Pengemudi Ojek Online |
Kisah 2 #MenebarKebaikan versi komunitas Pesekoji Berbagi:
Gambar 3: Kisah Kedua Menebar Kebaikan untuk Pengemudi Ojek Online |
Kisah 3 #MenebarKebaikan versi komunitas Pesekoji Berbagi:
Gambar 4: Kisah Ketiga Menebar Kebaikan untuk Pengemudi Ojek Online |
Berbagi untuk #MenebarKebaikan meski #DirumahAja bisa dilakukan dengan banyak hal. Tidak hanya dengan berbagi kepada pengemudi ojek online, tapi juga bisa berbagi melalui donasi untuk mendukung kebutuhan APD bagi tim medis untuk melawan Corona.
Untungnya, zaman udah serba digital. Sehingga donasi pun bisa dilakukan secara digital melalui genggaman. Contohnya seperti berdonasi di Dompet Dhuafa.
Berikut adalah 6 cara mudah untuk berdonasi online di Dompet Dhuafa, yaitu:
Gambar 5: 6 Langkah Berdonasi Online di Dompet Dhuafa |
Jadi, ngga ada alasan lagi kan untuk tidak menebar kebaikan? Meski dirumah aja, kita semua bisa kok melakukan banyak kebaikan, seperti kisah komunitas Pesekoji Bebagi yang memberi makanan secara gratis untuk pengemudi ojek online.
Kamu juga bisa kok, melakukan kebaikan seperti di atas atau bisa juga membantu negeri ini dalam #melawancorona dengan cara berdonasi di Dompet Dhuafa.
Selamat menjadi pejuang untuk #menebarkebaikan meski #dirumahaja ya Sahabat!
#MenebarKebaikan
#LombaBlogMenebarKebaikan
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
0 comments