Salah satu nikmat dari Allah, bukan hanya soal
rezeki, kesehatan, pekerjaan, dll. Tapi memiliki keluarga dan teman-teman yang
sholeh/ah juga menjadi suatu kenikmatan dan karunia besar dari Allah dalam
hidup kita.
Allah memang Maha Tahu, orang macam kita yang
belum baik ini, belum tentu shaleh, ibadah juga masih acakadut, lisan juga
mungkin sering menyakiti orang lain. Dikasih teman-teman yang sholeh, yang mau
nasehatin dikala kita salah dan keliru.
Inilah nikmatnya berproses, bukan hanya fokus kepada
jalannya, tapi juga kepada perjalanannya. Kita masih proses panjang menuju
taat, walaupun langkahnya tertatih-tatih dan penuh rintangan, makanya Allah
hadirkan orang-orang di sekitar kita yang bisa bawa dan bimbing kita ke jalan
yang lebih baik.
Aduh kok curhat sih min? Iya nih. Lagi pengen
curhat sama kamu gaes..
Jadi awal mulanya gini…
Aku gelisah akhir-akhir ini, karena apa?
Karena PATAH HATI TERBERAT ITU SEDANG TERJADI.
Ketika diri mengaku manusia, tapi tidak
memanusiakan sisi kemanusiaan.
Di luar sana, ada banyak orang-orang yang
sedang kesusahan. Orang-orang yang mengeluh karena kekurangan pendapatan dan
merosotnya pemasukan mereka di tengah wabah pandemik ini.
Sayangnya, kita lagi diisolasi di rumah
masing-masing. Iya sih, media banyak yang menyampaikan berita-berita tentang
orang-orang yang terinfeksi covid-19. Tapi kan ada satu hal yang harusnya kita
sadari bahwa kondisi ini bukan lagi darurat untuk para pasien yang positif,
tapi juga darurat bagi masyarakat khususnya mereka yang berada di lapisan
menengah ke bawah.
Ada teman cerita, kebetulan kerjanya selalu
mengandalkan transportasi umum, sehingga ada interaksi kepada orang-orang yang
bekerja di luar, seperti supir angkot. Mereka ini mengeluh lantaran sepinya
penumpang, apalagi di tengah kondisi seperti ini. Padahal selain untuk kejar
target harian, mereka juga harus menghidupi kebutuhan keluarga di rumah.
Bayangin kalau dalam sehari ngga ada yang naik
angkot? Terus pendapatannya dari mana? Keluarganya makan apa? Anak istrinya
gimana?
Jadi gimana ngga gelisah? Gimana nasib
orang-orang di luar sana? Gimana keluarga mereka? Mau dikasih makan apa?
Jika garis kemiskinan semakin tinggi, maka
tingkat kriminalitas bisa tumbuh tanpa disadari. Demi mengisi perut dan demi
menyambung hidup, mungkin orang akan bertindak di luar nalar kemanusiaannya. Bisa
saja berpikir untuk merampok atau mencuri. Walau tahu itu tidak benar, tapi kondisi sulit
kadang membuat nurani dan logika berjalan tidak seimbang.
Masih beruntung banget, orang-orang yang kerja
melalui WFH (Work From Home) gajinya masih kelihatan. Tapi gimana sama
orang-orang yang kerjanya mengandalkan keramaian atau pelanggan di pinggir
jalan? Sedangkan pelanggan mereka kini berdiam di rumah.
Mungkin ini yang disebut memproduksi dosa tanpa
sadar. Karena ada perut-perut yang perih karena menahan lapar, tapi kita masih bisa
tidur nyenyak. Masa bodo tidak peduli dengan orang sekitar lantaran tidak ada ikatan darah. Padahal bukan cuma darah yang mengikat, tapi juga keimanan. YaRabb
Ini ngga mudah, tapi apa harus menunggu kaya untuk bisa
berbagi kepada sesama?
Sekarang thor jadi suka menangis diam-diam. Emang dasar cengeng.
Makan pun
jadi tidak enak. Karena memikirkan bagaimana orang-orang di luar sana, apa
mereka bisa tidur dalam keadaan perut kenyang atau terlelap karena menahan rasa
lapar?
Mungkin ini salah satu hikmah Covid-19 datang
ke muka bumi. Dia mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan lebih memikirkan
kehidupan dan nasib orang lain. Udah berhenti nurutin hawa nafsu untuk makan
ini itu, jangan sampai kita terlalu kenyang tapi di luar sana ada banyak orang
yang menderita dan kelaparan.
Rezeki setiap orang memang sudah Allah SWT atur
sedemikian rupa. Setiap orang punya takarannya masing-masing dan rezeki juga
ngga akan tertukar. Tapi kita juga harus ingat, bahwa dalam rezeki kita ada
sebagian rezeki orang lain yang Allah titipkan. Keluarkanlah secara sukarela
atau kalau tidak mengeluarkannya dalam keadaaan terpaksa! Naudzubillah.
Apalagi makin sedih karena dalam Al-Qur’an,
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak mendorong memberi makan orang
miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberikan)
bantuan.” (QS. Al
Maa’uun: 1-7)
Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang
mendustakan agama ya. Jangankan beri makan dan kebutuhan orang miskin, untuk
mendorong atau menganjurkan sesama agar memberi makan kepada orang miskin aja
enggan. Semoga jangan sampai ya :(
Setiap waktu, aku terus berharap dunia akan
kembali “ceria” seperti semula. Biarlah yang terjadi saat ini membuka mata
dan hati kita untuk lebih peka melihat segala di sekitar kita. Berperih-perih
sementara tak apa, karena di waktu-waktu sebelumnya sudah tak terhitung nikmat
dan karunia yang Allah beri untuk kita. Sepantasnya kita bersyukur dalam setiap
waktu. Pada nafas yang masih berhembus, masih ada nikmat dan karunia yang tak
akan pernah bisa kita ukur.
Lakukanlah kebaikan sekecil apapun itu, karena kamu
dan kita semua tidak akan pernah tahu kebaikan dan amalan yang mana yang akan
menghantarkan kepada SurgaNya.
Semoga semuanya lekas membaik. Aamiiin.
Note: Mohon maaf jika ada yang terkesan menggurui. Ini murni hanya curahan hati dari orang yang sedang patah hati.
0 comments