Dia datang mendekat
Di saat hamba
sedang menjaga jarak
Dia
membisikkan kata cinta
Menjanjikan
banyak kebahagiaan
Hari-hari
bersamanya akan penuh kebaikan
Tak sabar
hati menyambutnya
Pintu
manapun ia datang selalu terbuka lebar
Namun sesuatu menahan di depan
Menganga
jarak membuat pilu hati hamba
Setahun
sekali ia datang
Yang selama
ini dinantikan
Yang selama
ini dirindukan
Namun ketika
akan tiba
Yang
didamba disikapi dengan rasa kepedihan
Kepedihan karena
penyambutan mungkin tak seramai waktu lalu
Kesedihan karena jarak kini menyiksa tanpa ampun
Harus bagaimana
cerita ini ditorehkan
Harus bagaimana
Ramadhan kali ini di tengah pandemi
Sang hamba
menunduk lesu
Padahal kekasih
sejak lama menanti
Menghitung hari
menyiapkan diri
Namun pandemi
membuyarkan angan
Ingin
beramai-ramai berjumpa sanak saudara
Berjabat
tangan saling berangkulan menghancurkan kerinduan
Ingin tersenyum
senang dengan wajah ceria tanpa bebat
Berkunjung ke
tempat-tempat sosial
Memanusiakan
sifat kemanusiaan yang konon sempat tersekat
Berkumpul dan
bermunajat bersama di rumah Sang Maha
Tanpa takut
adanya taun
Rindu mana
lagi yang paling menyakitkan
Selain
pertemuan yang disekat oleh jarak
Seharusnya kebahagiaan
tanpa kecemasan
Namun yang
ada kecemasan dan ketakutan
Hamba takut
kelaparan merajalela di tengah goncangan ekonomi
Mereka telah
berpuasa sebelum bulan puasa tiba
Menahan lapar
karena bingung harus mengganjal apa
Pedih hati
dibuatnya
Kering sudah
air mata
Hamba takut
terlalu lama berdiam di rumah
Sampai menenggelamkan
sisi sosial yang entah dimana
Kemana lagi
menghidupkan hati jika bukan kepada sesama
Sedangkan himbauan
menyerukan untuk menghidupkan jarak
Hamba dan
lainnya tersiksa oleh celah
Rindu langkah
kaki yang bersahut-sahutan untuk bersegera ke masjid
Berlomba dengan
hamba untuk berada di shaf terdepan
Mengeja kata
dalam doa
Melantunkan
ampunan di atas sajadah panjang
Menghamba dan mengiba pada yang Maha Tinggi
Tapi pandemi
membuat cerita baru penuh sendu
Masjid
hening dan lengang
Senyap
tanpa sahut merdu makmum kepada imam
Rupanya suara
sayup azan tak disambut dengan langkah kaki
Sebab sudah
tertahannya dengan khitah
Wahai
Pandemi
Wahai
Corona
Segeralah
pulang
Cukup sudah
perjalanan panjang berkisah
Jangan lagi
membawa korban
Jangan lagi
membuat hati saling menjauh
Izinkanlah
kekasih hamba datang
Berikalah
Ramadhan dan sang hamba kesempatan untuk bersuka ria
Tanpa pandemi
Tanpa jarak
Tanpa ketakutan
Cukuplah kebahagiaan
Cukuplah ketenangan
Cukuplah kekhusyuan
Agar Ramadhan
disambut dengan penuh kehangatan
Oleh jiwa-jiwa
yang haus akan ampunan dan rahmat Sang Rahman
0 comments